The Observer

Berencana Menjadikan Anak Jadi Artis? Hati-hati!

Penulis: Santi Apriani | Editor: Ratna MU Harahap

Melihat banyak contoh nyata, beberapa artis yang sedari kecilnya sudah ‘mencicipi’ dunia entertainment namun saat beranjak dewasa malah menjadi salah bergaul bahkan menjadi terpuruk perlu menjadi contoh Observer yang memiliki anak atau saudara yang memiliki bakat sedari dini dan berencana terjun ke dunia entertainment.

Sebut saja beberapa contoh :

1.Macaulay Culkin

Anak1

Bagi para penggemar film Home Alone mungkin sudah tak asing lagi dengan pemeran Kevin McCallister, Macaulay Culkin. Punya bakat akting dan didukung dengan wajah yang menggemaskan membuat aktor kelahiran 26 Agustus 1980 ini mempunyai banyak penggemar. Namun sayangnya saat beranjak dewasa, karier Macaulay Culkin benar-benar merosot.

Kehidupan pemain film Richie Rich ini juga terlihat mengenaskan. Ia jatuh ke lembah obat-obatan terlarang dan alkohol.

Wajahnya yang dulu menggemaskan berubah menjadi keriput, kurus dan terlihat menyedihkan. Untungnya Macaulay mampu bangkit dan kini telah berbahagia dengan pasangannya Brenda Song dan dikaruniai anak laki-laki pada April 2021 lalu.

2. Willow Smith

Ya… memiliki orang tua terkenal tentunya memiliki resiko menjadi pusat perhatian sedari dini, hal ini yang juga dialami oleh Willow Smith, anak dari Will Smith dan Jada-Pinkett Smith. Willow Smith tidak pernah merasakan ketenangan, karena setiap menginjakkan kaki di muka publik ia selalu dikejar kamera paparazzi. Penyanyi sekaligus model ini bahkan mengungkap menjalani kehidupan seperti itu sangat menyiksa. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menghadapinya dan terjun ke dunia entertainment tersebut. Namun dalam perjalanan karirnya, banyak sensasi yang dilakukan Willow.

Willow Smith pernah mengalami stress dan kesehatan mentalnya pun terganggu hingga ia mencari cara untuk mengatasinya dengan hal ekstrem seperti menyayat tangannya. Untungnya Willow Smith bisa menghentikan perilaku menyakiti diri itu dan berhasil sembuh baik secara fisik maupun emosional.

Namun, yang paling menghebohkan, Willow mengungkapkan menganut poliamori atau hubungan asmara dengan lebih dari satu orang dan juga mengaku sebagai biseksual. Yakni sebuah orientasi seksual di mana seseorang bisa tertatik kepada pria maupun wanita.

3. Sheila Marcia

Di Indonesia sendiri, nama Sheila Marcia kerap menghadirkan berita yang kontroversial. Sheila Marcia Joseph lahir pada 3 September 1989 di Malang dari pasangan Terence Philip Joseph dan Maria Cecilia van Der Heyde. Sheila terjun ke dunia hiburan sebagai model dengan menjadi finalis Gadis Sampul pada 2004. Seiring berjalannya waktu, Sheila serinng wara-wiri di layar kaca dan layar lebar, namun Sheila terjerumus ke pergaulan bebas dan sering berganti-ganti pasangan.

Pada Agustus 2008, Sheila Marcia terciduk sedang berpesta narkoba di apartemen Golden Sky Pluit bersama empat orang lainnya. Aktris cantik itu langsung ditangkap dan diamankan di Mapolsek Penjaringan. Sheila masuk penjara dan dibebaskan pada Maret 2009.

Namun pada September 2009, Sheila mengejutkan publik dengan kehamilannya yang berusia 2 bulan. Saat itu ia belum menikah sehingga banyak yang penasaran siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Setelah menjalani sisa masa tahanannya, Sheila dibebaskan dengan kondisi hamil 8 bulan. Pada Februari 2010, Sheila melahirkan anak perempuan yang diberi nama Leticia Charlotte Agraciana Joseph. Misteri ayah putri Sheila akhirnya terungkap setelah Anji mengatakan bahwa ia adalah ayah Leticia.

Sheila sempat menikah dengan musisi Kiki Mirano pada tahun 2011 dan dikaruniai 2 orang anak, namun pernikahannya hanya bertahan selama 5 tahun dengan gugatan cerai karena KDRT. Kemudian di tahun 2020 Sheila melepas jandanya dengan dinikahi Dimas Akira di Bali dan dikaruniai 1 orang anak laki-laki.

Acap kali, orang-orang hanya melihat yang terdapat di permukaan seperti kesuksesan mereka. Namun di balik itu, ada sisi-sisi gelap yang juga dimiliki para bintang cilik. Terdapat studi-studi dan tulisan di media massa yang mencoba menggali efek diorbitkannya anak-anak menjadi superstar.

Wanda Behrens-Horrell, psikoanalis perkembangan anak dari New York menjelaskan di Psychology Today mengenai  sejumlah efek psikologis jangka panjang yang potensial dialami bintang cilik, salah satunya adalah ketika seorang bintang cilik ‘berkembang terlalu dini’ sebagai akibat terpapar dunia hiburan yang berorientasi pada keuntungan dan menuntut kecepatan. Efek-efek yang dialami bintang cilik juga bergantung pada beberapa faktor. Motivasi si anak dan orangtua, usia anak saat terekspos media massa, lamanya berada di dunia hiburan, tingkat komitmen, lingkungan kerja, serta pendapatan yang diperoleh ketika menjadi bintang.

Terkait motivasi orangtua, tidak jarang anak-anak diorbitkan menjadi bintang lantaran sang orangtua gagal mewujudkan impiannya menjadi selebritas semasa muda. Sementara sehubungan dengan motivasi anak, paparan media massa, khususnya infotainment seputar kehidupan artis-artis lain, tak pelak membuat mereka terdorong untuk berkeinginan menjadi pesohor serupa. Gelimangan materi dan sejuta pengalaman artis di televisi bukan tidak mungkin akan menciptakan cita-cita di benak bocah yang belum semuanya sadar betul harga yang mesti dibayarkan untuk semua itu.

Tidak jarang juga media massa mengabarkan kondisi bintang-bintang cilik yang saat bertumbuh, terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, atau terpapar seks dan penyakit mental lebih dini.

Perlahan tetapi nyaris pasti, tekanan dari dunia hiburan menimbulkan perubahan perilaku anak-anak yang beranjak remaja, atau remaja yang beranjak dewasa. Penolakan, iri hati, pemikiran obsesif, dan kebutuhan terus menerus untuk menjadi sempurna adalah hal-hal yang dikatakan Behrens-Horrell jamak dialami bintang-bintang cilik.

Pada tahap usia 2-8, bintang cilik bisa menunjukkan gejala stres berupa regresi, depresi, menangis, cemas, merasa bergantung melulu, dan mudah marah. Sedangkan masalah yang mungkin tampak pada bintang remaja mencakup nilai akademis yang merosot, isolasi dari pertemanan, problem kepercayaan terhadap orang lain, terciptanya jarak dengan keluarga, gangguan tidur, penyalahgunaan obat atau alkohol, gangguan makan, berbohong, dan kepelikan menutupi urusan personalnya karena lazim diikuti paparazi.

Masa kecil seyogyanya menjadi momen internalisasi aturan dan batasan di masyarakat, juga masa belajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Sedikit banyak, kehidupan di dunia hiburan memengaruhi proses pertumbuhan bintang-bintang cilik dalam mempelajari hal-hal tersebut. Dalam The Atlantic, tercantum pendapat Eileen Kennedy-Moore, psikolog klinis dari New Jersey, yang menyatakan, “Masa kanak-kanak adalah tentang mencari tahu siapa dirimu dan mencoba berelasi dengan orang lain, dan itu semua lebih sulit dipelajari bila kamu terkenal. Terus menerus disorot publik membuat anak kecil kian sulit melakukannya. Mereka tidak bisa terlihat gagal. Jadi, mereka mau tidak mau harus tampil penuh percaya diri dan memasang identitas yang menampilkan kedewasaan terlalu dini.”

Satu lagi yang menjadi efek samping negatif menjadi tenar sejak dini. Begitu terbiasa menerima uang banyak, ia akan cenderung terus mencari cara untuk menambahnya atau membuat statusnya kian membubung. Alih-alih berleha-leha menikmati pendapatannya, bintang cilik yang sudah terobsesi dengan bayaran besar akan semakin jauh dari titik kepuasan karena selalu ada definisi kepuasan baru saban targetnya tercapai.

Tidak semua bintang cilik mengalami efek-efek negatif ini tentunya. Kontrol diri dan peran besar orangtua dalam mengarahkan bintang cilik menjadi kunci utama supaya mereka tetap berjalan di koridor yang benar. Jadi Observer, bukan berarti tidak boleh mengembangkan bakat anak, namun pendidikan dan pengawasan tetap perlu dilakukan sehingga anak ‘tidak kebablasan’.

Source & Refrence :

  1. fimela.com
  2. Detik.com
  3. Matamata.com
  4. Tirto.id
  5. Tribunnews
  6. Freepik
  7. Pexels
Exit mobile version