Penulis: Santi Apriani | Editor: Ratna MU Harahap

Kanjuruhan1

Tidak hanya Indonesia, seluruh dunia berduka atas kerusuhan Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. Dimana Posko Postmortem Cricis Center Malang yang ditandangi oleh Penanggung jawab Data Zulham Ahmad Mubarok dan Supervisi Kepada Dinkes Kabupaten Malang tersebut menyatakan terdapat 131 korban meninggal.

Kanjuruhan2

Para pemain Bayern dan Plzen mengheningkan cipta untuk mengenang korban Tragedi Kanjuruhan sebelum memulai pertandingan pada 5/10/2022 lalu

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan kronologi kejadian tragedi Kanjuruhan Malang pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober 2022 lalu.

Kronologi Kerusuhan Kanjuruhan

Pada 12 September 2022, Panitia Pelaksana Arema FC mengirim surat kepada Polres Malang terkait permohonan rekomendasi pertandingan Arema FC vs Persebaya dilaksanakan 1 Oktober 2022 pukul 20.00 WIB.

Namun Polres meminta panitia mengubah jadwal menjadi pukul 17.30 WIB karena pertimbangan faktor keamanan. Namun ini ditolak PT Liga Indonesia Baru (LIB)  karena alasan masalah penayangan siaran langsung hingga kerugian ekonomi.

“Oleh karena itu, Polres menyiapkan 2.034 personel dari awal rencana 1.073 dan hanya suporter Aremania yang diperbolehkan hadir,” ujar Kapolri.

Laga Arema FC vs Persebaya berjalan pada pukul 20.00 WIB dengan skors 3-2 untuk kemenangan Persebaya. Suporter kemudian masuk lapangan usai laga sehingga aparat melakukan pengamanan mengerahkan empat unit barakuda untuk ofisial dan pemain Persebaya.

“Evakuasi berjalan lancar hampir sejam karena sempat ada penghadangan dari massa. Namun evakuasi yang dipimpin Kapolres Malang berjalan lancar,” katanya.

Kanjuruhan4

Sementara di dalam stadion semakin banyak penonton yang masuk ke lapangan sehingga anggota pengamanan mengerahkan kekuatan dengan perlengkapan penuh, termasuk untuk mengamankan penjaga gawang Arema FC Adilson Maringa.

“Untuk mencegah semakin banyak penonton yang turun ke lapangan, beberapa personel menembak gas air mata,” katanya.

Terdapat 11 personel menembak gas air mata ke tribun selatan dengan tujuh tembakan, tribun utara satu tembakan, dan tiga tembakan ke lapangan.

“Inilah yang membuat para penonton terutama di tribun panik kemudian berusaha meninggalkan arena,” ujarnya.

Penonton kemudian berupaya keluar di pintu 3, 11, 12, 13, dan 14. Namun 14 pintu yang seharusnya dibuka lima menit sebelum pertandingan berakhir belum terbuka sempurna. Saat itu pintu belum sepenuhnya dibuka atau hanya terbuka 1,5 meter dan steward yang seharusnya menjaga pintu tidak di tempat.

“Berdasarkan Pasal 21 regulasi keselamatan dan keselamatan PSSI, steward seharusnya berada di tempat, namun saat itu tidak berada di pintu,” kata Kapolri.

Kemudian, ada besi melintang sehingga menghambat penonton dalam jumlah banyak melewati pintu. Pada akhirnya, penonton berdesak-desakan di pintu selama hampir 20 menit.

“Dari situlah muncul banyak korban mengalami patah tulang, trauma, kepala retak, dan sebagian meninggal karena asfiksia,” kata Listyo.

Berdasarkan hasil olah TKP dan pendalaman, PT LIB ternyata tidak melakukan verifikasi terhadap stadion yang dipakai. Namun PT LIB menggunakan hasil verifikasi pada 2020.

Kemudian, Panitia Pelaksana Arema FC juga tidak menyiapkan rencana darurat hingga menjual tiket yang seharusnya hanya 38 ribu, tetapi dijual 42 ribu.

Adapun tiga personel Polri memerintahkan penembakan gas air mata, yakni Komandan Kompi Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman, Komandan Kompi Brimob Polda Jatim AKP Danang Sasongko, Komdan Pleton Brimob Jatim Aiptu Budi Purnanto. Ada 11 personel yang menembak gas air mata di dalam stadion.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menetapkan enam tersangka tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober lalu. Tiga dari enam tersangka adalah anggota Polri yang terlibat dalam pengamanan pertandingan.

“Berdasarkan gelar perkara dan alat bukti permulaan yang cukup maka ditetapkan saat ini enam tersangka,” kata Kapolri saat konferensi pers, Kamis malam, 6 Oktober 2022.

Dalam perkara ini, keenam tersangka dijerat dengan Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP tentang Kelalaian. Selain itu mereka juga dijerat Pasal 103 Juncto Pasal 52 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

Hukuman Terhadap Klub, Panpel dan Kepolisian

Sejauh ini, Komisi Disiplin PSSI telah menjatuhkan hukuman berat untuk Arema FC. Mereka didenda 250 juta dan harus berkandang 250 km dari Malang di sisa musim ini tanpa boleh dihadiri suporter.

Tak cuma itu, larangan beraktivitas seumur hidup di sepakbola juga dijatuhkan kepada Abdul Haris (ketua panpel Arema FC) dan Suko Sutrisno (kepala petugas keamanan Arema FC). Sementara di pihak kepolisian, Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan 9 komandan Brimob Polda Jatim dicopot dari jabatannya.

Kanjuruhan5

Sebuah tragedi yang harus kita lakukan intropeksi bersama dari berbagai pihak. Suporter yang harus mendukung klub dengan sepenuh hati namun tidak mengutamakan emosi, kita harus sadar dalam semua pertandingan pasti ada kalah dan menang, saat menang ikut berbahagia namun saat kalah tetap mendukung tim untuk kedepannya bisa bangkit dan bertanding dengan lebih baik. Panpel yang harus lebih cermat kembali dalam melakukan persiapan pertandingan dari semua sisi, dan Kepolisian bisa melakukan pengamanan dengan cara yang lebih baik lagi.

Sangat disayangkan karena dengan terjadinya tragedi kerusuhan ini, menjadikan Indonesia tercatat sebagai peringkat kedua tragedi di dunia dengan jumlah kematian supporter terbanyak. Berikut 5 tragedi dengan jumlah kematian supporter terbanyak untuk menjadi catatan dan bahan pembelajaran kita bersama untuk mencegah tragedi-tragedi mengenaskan ini tidak terjadi kembali:

  1. Tragedi Stadion Nasional Peru

Kanjuruhan6

Dari catatan sejarah sepakbola hingga kerusuhan yang pernah terjadi, korban suporter tewas terbanyak ada 328 orang.

Insiden itu terjadi saat Timnas Argentina mengalahkan Timnas Peru dalam pertandingan kualifikasi Olimpiade di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.

  1. Tragedi Kanjuruhan

Ya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC vs Persebaya menjadi tragedi yang menewaskan banyak suporter kedua di dunia.

  1. Kerusuhan di Ghana

Sepak bola benua Afrika juga pernah mencatatkan catatan kelam. Kerusuhan yang terjadi di Accra Sports Stadium Ghana pada 9 Mei 2001 menewaskan 126 orang.

Saat itu, digelar laga yang mempertemukan Hearts of Oak dan Asante Kotoko. Karena penonton tidak patuh, polisi menembakkan gas air mata.

  1. Tragedi Hillsborough

Ini merupakan salah satu catatan kelam di sepak bola Inggris. Insiden ini terjadi pada 15 April 1989 saat Liverpool melawan Nottingham Forest di semifinal Piala FA 1988/89.

Sayangnya, tribun Stadion Hillsborough gagal menampung puluhan ribu suporter Liverpool yang datang melebihi batas kapasitas. Akibatnya, 96 orang meninggal dunia dan 776 orang luka-luka.

  1. Port Said

Kerusuhan yang terjadi di Stadion Port Said pada 1 Februari 2012 ini menewaskan sekitar 79 suporter dan lebih dari 1000 orang terluka.

Saat itu, dua klub asal Mesir, Al Masry dan Al Ahly bertemu di lanjutan Liga Mesir. Singkat kata, Al Ahly menang 3-1 atas tim tuan rumah. Hasil itu membuat suporter tuan rumah tidak terima. Mereka menyerang suporter tim tamu menggunakan pisau, botol hingga pedang.

Source & Refrence :

  1. detik.com
  2. liputan6.com
  3. kompas.com
  4. bolatimes.com
  5. tempo.co
  6. bbc.com

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *