The Observer

Pendiri Cimory yang Baru Saja Masuk Daftar Orang Terkaya Indonesia

Penulis: Christopher Rahardja| Editor: Ratna MU Harahap

CIMORY

Untuk Observer yang menyukai yoghurt atau produk olahan dari susu, pasti tidak asing dengan nama Cimory. Cimory, yang merupakan kependekan dari Cisarua Mountain Dairy, merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk olahan susu sapi dalam bentuk Fresh Milk, Yoghurt, dan Frozen Food.Selain sebagai produsen olahan susu sapi dengan penjualan yang sangat baik di pasaran, Cimory juga memiliki resto yang selalu dipadati pengunjung, terutama pada saat weekend.

Bambang Sutantio adalah pendiri sekaligus Presiden Komisaris PT Cisarua Mountain Dairy Tbk yang perusahaannya baru saja IPO pada tanggal 6 Desember 2021 kemarin. Berkat melantainya CMRY di BEI, kekayaan Bambang Sutantio dari kepemilikan saham Cimory sebesar 53,55% melesat naik menjadi 15 triliun rupiah yang membuatnya masuk ke daftar orang terkaya di Indonesia.

Observer pasti penasarankan bagaimana perjalanan seorang Bambang Sutantio membangun Cimory hingga bisa sesukses sekarang?

Jauh sebelum mendirikan Cimory, Bambang pernah mengunjungi Wonosobo dan melihat banyak buah nanas hasil panen masyarakat yang dibuang. Hal ini terjadi karena masyarakat tak mampu mengolah buah nanas yang tidak diserap oleh pasar menjadi produk baru ataupun produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Kejadian itu pada akhirnya sangat membekas hingga ia terbang ke Jerman untuk belajar pengolahan pangan berbasis teknologi di Universitas Berlin. Sepulangnya ke Indonesia, ia ingin ilmunya bermanfaat bagi masyarakat dan memutuskan untuk menjadi pengusaha.

Bambang Susantio memulai bisnisnya dengan bermodalkan 150 juta rupiah yang ia dapat kandari kredit UMKM, untuk memulai bisnis bumbu dan peralatan industry. Demi mendapatkan pinjaman ini, Bambang sampai harus menggadaikan rumah milik orang tuanya.

Seiring berjalannya waktu, usahanya berubah haluan menjadi bisnis susu dan yoghurt. Semua ini berawal ketika Bambang dan keluarga sering mendatangi villa di daerah Puncak, Bogor dan membeli susu dari KUD Giri Tani. Para peternak mengeluh karena proses penyimpanan susu yang tidak higienis, sehingga sering ditolak oleh pasar susu di Jakarta.

Untuk bisa meningkatkan harga jual produk dari peternak, Cimory bersedia membeli susu peternak dengan harga tinggi dengan syarat produk harus memenuhi standar-standar yang telah ditentukan. Dari situ peternak berlomba-lomba meningkatkan kualitas dari produknya agar produk susunya bisa dibeli dengan harga yang tinggi.

Awalnya, produk Cimory yang berupa susu sapi dan yoghurt diproduksi di garasi rumah serta dituangkan ke botol satu per satu dengan tangan manusia dan dipasarkan melalui restoran milik keluarga. Dari sanalah pelan-pelan nama Cimory mulai dikenal masyarakat.

Dari berbagai sumber yang beredar, usaha Cimory ini dimulai sejak 1989. Dalam perjalanan usaha ini, Cimory mendapat bantuan teknis dari pengusaha Belanda, Theodorus Cornelis Johannes Swart.

Tahun 2004 Cimory Mountain Dairy resmi berdiri dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) dengan konsep patungan (Joint Venture) PT Macroprima Panganutama dan HOS BV Belanda dengan porsi saham 60:40. Seiring berjalannya waktu, Cimory akhirnya berjalan tanpa Cornelis.

Selain Cimory, sebenarnya pada tahun 1993 Bambang sudah terlebih dahulu memulai bisnis pengolahan daging dengan mendirikan PT Macroprima Pangan utama. Lalu pada tahun 1999, perusahaan menghadirkan merek daging olahan bernama Kanzler, yang sekarang dikenal dengan olahan produk sosis dan nuggetnya.

Saat ini Cimory Group menjadi produsen makanan dan minuman kemasan berbasis protein di Indonesia, yang berfokus pada pangsa pasar yoghurt dan sosis premium dengan memproduksi daging olahan, produk susu dan telur lewat berbagai merek, termasuk Cimory, Kanzler, dan Besto.

Sukses dengan usaha olahan daging dan susu, Cimory merambah ke bisnis olahan coklat dengan brand Chocomory. Tak Selesai sampai disitu, Cimory juga membuka usaha restoran yang diberi nama Cimory Mountain View dan Cimory Riverside.

Semakin serius dengan ekspansinya ke dalam bisnis pariwisata, Cimory juga membangun Cimory Dairyland yaitu objek wisata yang menawarkan aneka wahana permainan yang sekaligus menjadi destinasi edukasi menyenangkan untuk keluarga.

Perusahaan Cimory bukan hanya memiliki motto “Cimory 100 persen Indonesia, yang mengolah orang Indonesia, di Indonesia, dan untuk peternak Indonesia” namun juga menampung susu dari 18 koperasi (system koperasi desa) serta melibatkan lebih dari 6.000 peternak sapi di seantero Pulau Jawa.

Bambang juga sangat peduli terhadap para wanita. Salah satu yang ia lakukan adalah dengan membangun program pemberdayaan wanita yang disebut Miss Cimory untuk bekerja sebagai agen penjualan langsung.

Bisa dibilang, kondisi Bambang Sutantio ini mewakili impian banyak orang yaitu memiliki bisnis sendiri, masuk ke daftar orang terkaya di Indonesia, bermanfaat untuk banyak orang, dan bisa menjalankan idealismenya. Kalau impian Observer yang mana aja nih?

Exit mobile version