Beberapa kali menulis tentang Alesha, saya jadi kepikiran bahwa tempat itu memang benar-benar ideal untuk freelancer seperti saya.  Dari awal, memang konsep Alesha ini dibuat fleksibel dimana rumah berlantai tiga ini memungkinkan untuk memisahkan antara ruang kerja dan area tempat tinggal yang sebenarnya sangat penting untuk seorang freelancer karena bagaimanapun, freelancer memerlukan space yang nyaman untuk fokus pada saat bekerja.  Jadi, kalau Observer merupakan seorang freelancer dan perlu sesekali menerima tamu di rumah, Observer bisa menyulap lantai dasar Alesha sebagai ruang kerja lalu lantai dua dan tiga sebagai tempat tinggal, sehingga tempat tinggal Observer masih memiliki privasi.  Tetapi, apabila Observer memilih untuk menerima tamu di Co-working space dan menggunakan rumah khusus untuk bekerja, maka, Observer bisa menggunakan lantai 1 dan 2 sebagai tempat tinggal dan lantai 3 sebagai ruang kerja.  Kalau buat saya sih, memiliki hunian yang bisa dipisahkan begini sangat ideal.  Tambahan lagi, sambil bekerja, Observer bisa menatap kolam renang semi-private tepat di depan hunian anda.

Beberapa tahun terakhir, freelancing memang naik daun.  Berdasarkan laporan Times Magazine, di Amerika Serikat, jumlah tenaga kerja lepas atau freelancer di prediksi sudah mencapai 50% dari total jumlah pekerja di AS di akhir tahun 2020 ini. Saya sendiri sempat ragu mengambil keputusan untuk menjadi freelancer.  Tetapi karena kesempatan kerja yang ada di kota saya kurang mendukung pengalaman dan keahlian saya, maka saya berfikir bahwa saya perlu nekat menawarkan jasa remote service.  Menguatkan hati dengan berfikir bahwa dengan kecanggihan teknologi, pasti kendala jarak bisa dihadapi.  Mulai lah project berdatangan, termasuk menulis rutin untuk media tersayang kita ini.

Awalnya cukup dengan bekerja di tempat-tempat umum seperti coffee shop yang sepi, tapi lama kelamaan dikarenakan project saya sudah mulai semakin rumit, bahkan sering kali perlu melakukan sambungan telepon yang bersifat confidential karena menyangkut data sensitive klien, saya mulai merasakan perlunya ruang khusus untuk bekerja.  Makanya, apabila Observer sedang mempertimbangkan untuk banting stir menjadi seorang Freelancer, ruang kerja cukup penting untuk difikirkan.  Selain itu, kalau Observer sedang mempertimbangkan apakah freelancing merupakan alternative yang patut dipertimbangkan secara serius, berikut ini adalah pros dan cons untuk bekerja secara lepasan.

Keuntungan pertama dan mungkin yang utama kalau Observer bekerja secara lepasan adalah fleksibilitas.  Observer bisa mengatur sendiri waktu kerja, serta jenis project yang ingin Observer lakukan.  Sering kali di kantor, kita tidak memiliki kebebasan untuk memilih project yang lebih senang kita kerjakan.  Contohnya, di kantor, saya harus pasrah dengan keputusan apakah saya akan mengaudit atau mengerjakan perhitungan due dilligence bagi sebuah klien.  Tapi dengan bekerja sendiri saya bisa memutuskan bahwa saya akan lebih fokus pada project pengerjaan due diligence dan go -to market strategies.

Selain itu, Freelancing itu sebenarnya memberikan kemungkinan menghasilkan pendapatan yang tidak terhingga tergantung keinginan dan kemampuan kita.  Hal ini sulit ditemukan di kantor yang memiiki keterbatasan jumlah gaji yang dapat kita terima.  Memang, di sisi lain, bekerja di kantor memberikan kita kepastian gaji setiap bulannya.  Tapi, jumlah total yang kita terima akan terbatas dengan kemampuan dan kondisi kantor.  Sebaliknya dengan freelancing, Observer bebas mengambil project sebanyak-banyaknya dan menerapkan strategi pengembangan sesuai visi Observer.

Hanya saja, bekerja sendiri, sering kali lonely.  Pada saat stuck dalam mengerjakan suatu project, Observer tidak memiliki teman untuk berdiskusi.  Saran saya, untuk mengatasi hal ini, Observer bisa bergabung dengan komunitas atau bahkan asosiasi resmi profesi Observser untuk saling bertukar ilmu seperti Ikatan Akuntan Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia, dll.

All in all sih, Freelancing ini sangat worth it!

Pros

  1. Time Fleksibel
  2. Unlimited earning potential
  3. Pick projects that you like
  4. Do as you like

Cons

  1. Instable income tapi harus disipilin sama budget – selaraskan dengan marketing
  2. Gak ada tempat diskusi – aktif di perkumpulan
  3. Can work longer hours than office job.
  4. Harus disiplin tingkat tinggi

Is it worth it? In my case, it is very worth it. 

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *