The Observer

Selamat Datang, Generasi Z

Dalam beberapa tahun terakhir, generasi Millenials menjadi primadona pemasaran di seluruh dunia. Hampir seluruh produk, dibuat untuk memenuhi generasi yang kini menguasai 50% tenaga kerja dunia dari mulai gadget hingga rumah. Klien saya baru memulai akan mengembangkan usaha jasa design grafis dan web design. Investasi terakhirnya tidak lain dan tidak bukan adalah satu unit SOHO di Upper West dengan pertimbangan suatu hari usahanya akan berkembang dan di SOHO Upper West, dia akan bisa menambah karyawan. Sejauh ini perencanaan klien saya ini sudah cukup matang, mengingat usia mudanya. Riset mendalam untuk memanfaatkan berbagai peluang dilakukan, misalnya dengan memanfaatkan promo yang ditawarkan Sinar Mas Land yaitu cicil Rp. 10 juta per bulan sampai lunas sehingga memudahkan klien saya ini untuk melakukan perencanaan cashflow bulanannya.

[URIS id=6844]

Seperti yang lain, klien saya ini juga awalnya menargetkan the Millenials sebagai target pasar utamanya, sampai kemudian, dengan riset bersama yang lebih mendalam, kami menyadari, bahwa usaha saat ini harus juga mulai memperhatikan Generasi Z.

Belum banyak orang yang mempertimbangkan Generasi Z pada saat menawarkan produk mereka atau menganggap kedua generasi ini sama terutama karena sama-sama dilahirkan saat teknologi sudah menjadi konsumsi sehari-hari.  Tapi sebenarnya, Generasi Z ini berbeda lho dengan Millenials

1.Generasi Z melalui banyak masa krisis

Millenials mulai membangun asset mereka tidak lama setelah krisis keuangan dunia tahun 2009 berakhir, sementara, Gen Z lahir pada saat ekonomi dunia sedang melemah. Hal ini berakibat kedua generasi ini memiliki attitude yang berbeda pada saat membeli barang: untuk menawarkan barang pada group millennials, diperlukan brand yang menyenangkan dan menawarkan pengalaman belanja yang entertaining, sementara untuk Gen Z, Observer ingin mengkampanyekan bagaimana produk Obsever bisa bernilai atau paraktikal untuk kehidupan sehari-hari mereka. Gen Z juga lebih termotivasi untuk menghasilkan uang dan menabung uang mereka.

2. Generasi Z cenderung lebih banyak melakukan mobile purchase

Millenials menjadi saksi perkembangan internet sementara Gen Z menggunakan internet dari saat mereka lahir. Berdasarkan riset, setiap hari millennials menghabiskan waktu 7,5 jam di internet sementara Gen Z menghabiskan waktu sekitar 10 jam per hari. Dan, Gen Z banyak menghabiskan banyak waktu ini pada mobile internet. Karena itu, untuk memasarkan barang pada genearsi ini, penting untuk membuat mobile videos, mobile e-commerce sites, etc.

3. Millenials menghabiskan lebih banyak waktu melihat iklan dibandingkan Gen Z

Berdasarkan riset dari Pamela Bump, seorang praktisi Marketing, Millenials memiliki attention span selama 12 detik untuk melihat iklan, sementara Gen Z hanya memilki attention span selama 8 detik. Gen Z fokus pada influencer dan social media based video sementara Millenials lebih menerima traditional online ads dan branded podcast.

4. Memiliki motivasi karir yang berbeda

Untuk Observer yang memiliki usaha terkait bidang Pendidikan, penting untuk diketahui bahwa menurut Pamel Bump, Gen Z lebih termotivasi secara keuangan dibandingkan Millenials. 65% Gen z lebih menghargai gaji dibandingkan bentuk kompensasi lain seperti tambahan hari libur.

Jadi, seperti klien saya, kalau Observer baru mau memulai usaha Observer, baik itu berbentuk jasa maupun produk, ada target market baru yang harus Observer pikirkan masak-masak pendekatannya. Walaupun belum menguasai pasar saat ini, tetapi, angkatan tertua Generasi Z akan segera lulus kuliah dan akan mulai memasuki dunia kerja. Karena adanya perbedaan dengan kakak-kakaknya yang merupakan bagian dari generasi millennials, maka pendekatan pasar untuk Generasi Z ini pun akan berbeda. Para pengusaha, ayo sambut Gen Z ke dalam pasar dengan cara mereka sendiri.

Exit mobile version