Selama tinggal di Bandung, baru kali ini saya merasakan suasana yang sangat berbeda. Biasanya Bandung identik dengan macet, penuh dengan wisatawan dari kota-kota lain, deretan café dan resto yang penuh pengunjung, dan tidak lupa warga asli Bandung yang gemar berkumpul atau “ngariung” istilahnya. Bahkan masih segar di ingatan saya, ketika libur panjang menjelang tahun baru 2020 ada berita dimana seorang Ibu yang hendak melahirkan terpaksa dibawa oleh mobil polisi karena kendaraannya terjebak kemacetan di Jalan Setiabudi atas.

[URIS id=6436]

Di awal penyebaran Virus Corona pun, warga Bandung masih cukup santai, masih terlihat warga ramai di pusat perbelanjaan. Acara-acara berskala besar pun  masih dilaksanakan (terbukti ada salah satu acara yang menjadi klaster penyebaran Corona terbesar di Indonesia). Restoran, café dan tempat hiburan masih tetap beroperasi seperti biasa.

Sampai akhirnya, diputuskan secara mendadak oleh PEMKOT Bandung untuk melakukan pembatasan – pembatasan seperti memberlakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) untuk semua sekolah, menutup kantor-kantor pemerintahan dan area-area umum yang dikelola pemerintah. Hal ini terjadi karena mulai ditemukan pasien yang terjangkit COVID-19 , dan jumlahnya bertambah dalam waktu yang singkat.

Ini sedikit menimbulkan kepanikan, terutama untuk kalangan guru dan orang tua. Guru-guru dalam waktu singkat harus bisa membuat modul pembelajaran di rumah, dan mencari cara supaya kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Dari sisi orang tua, mereka harus beralih fungsi menjadi “guru” untuk anak-anaknya, harus memastikan tugas-tugas terkirim, sementara mereka juga tetap harus bekerja karena sebagian kantor belum menerapkan work from home.

Kondisi penutupan operasional ini sedikit-demi sedikit diikuti oleh tempat-tempat lain seperti pusat perbelanjaan, Mal, tempat hiburan, tempat wisata, restoran, café bahkan sarana olahraga untuk umum seperti GOR Saparua juga ditutup.  Rumah-rumah ibadah dan hotel pun menyusul ikut tutup. Sampai akhirnya rumah sakit pun menghentikan sementara layanan poliklinik untuk pasien-pasien rawat jalan.

[URIS id=6440]

Pada masa-masa ini, Bandung sangat sepi layaknya Kota Mati. Kalau anda keluar rumah di atas jam 5 sore, sudah sangat jarang ditemukan kendaraan berlalu lalang. Orang-orang pun tidak terlihat berkumpul di luar rumah seperti biasa. Jalan-jalan utama pun mengalami penutupan sementara untuk membatasi pergerakan manusia.

[URIS id=6446]

Dampak dari kondisi ini pun sudah dirasakan oleh para warga Bandung. Nasib daripada sekitar kurang lebih 2.600 IKM (Industri Kecil Menengah) di Kota Bandung kini terancam, begitu penjelasan dari Elly Wasliah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung. Pada Januari hingga Maret 2020 nilai ekspor dari Kota Bandung ke luar negeri menurun hingga 24 persen

Sebanyak 7.682 karyawan di Kota Bandung harus menerima pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan oleh perusahaan akibat pandemi virus corona atau COVID-19, banyak berasal dari pekerja dalam bidang perhotelan hingga karyawan industri dari manufaktur

[URIS id=6450]

Ini baru dari sisi perekonomian, belum dampak lain dari sisi sosial budaya, terutama dengan dikeluarkan himbauan agar masyarakat tidak melakukan mudik pada saat lebaran nanti. Pemerintah kabarnya juga sudah menyesuaikan jadwal cuti bersama untuk mengantisipasi kegiatan mudik ini.

Setelah memasuki minggu ke 4 dari awal pembatasan besar-besaran ini bagaimana kah kondisi Kota Bandung?

Kalau kebetulan saya dapat kabar dari beberapa teman yang masih harus beraktifitas di luar rumah, di beberapa titik, terutama di pusat perdagangan non formal , seperti jalan Cibadak dan sekitarnya mulai terlihat ramai. Orang-orang terlihat mulai kembali beraktifitas seperti biasa. Bedanya hanya kali ini kebanyakan menggunakan masker wajah. Di beberapa toko bahkan ditempatkan boks sterilisasi, dimana orang yang mau masuk akan disemprot cairan disinfektan di pintu masuk.

Sebenarnya kondisi ini agak disayangkan, karena sebenarnya jumlah penderita Covid-19 masih meningkat, terutama di Kota Bandung. Berikut data penderita penyakit per tanggal 16 April 2020

  • Kota Bandung : 93 kasus positif corona
  • Kota Depok : 88 kasus positif corona
  • Kota Bogor : 50 kasus positif corona
  • Kota Bogor : 41 kasus positif corona
  • Kota Bekasi : 36 kasus positif corona
  • Kab. Bekasi : 26 kasus positif corona
  • Kab. Bandung : 23 kasus positif corona
  • Kota Cimahi : 17 kasus positif corona
  • Kab. Bandung Barat : 15 kasus positif corona
  • Kota Sukabumi : 10 kasus positif corona
  • Kab. Karawang : 8 kasus positif corona

Ini baru data mereka yang positif. Kita tidak tahu pasti berapa jumlah orang yang sebenarnya sudah terjangkit, tapi karena daya tahan tubuhnya bagus, tidak terlihat gejala sakit, namun  berpotensi menjadi carrier dan mungkin menularkan pada orang lain.

Rencananya Kota Bandung akan mengadakan PSBB mulai tanggal 22 April 2020 selama 14 Hari dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID 19 ini.

Diharapkan semua masyarakat bisa turut serta secara aktif dalam melaksanakan PSBB ini, sehingga semua usaha yang kita lakukan bersama untuk melawan penyakit ini bisa berhasil

 

Sumber data :

https://jabar.idntimes.com/news/jabar/azzis-zilkhairil/2600-industri-kecil-bandung-terancam-merugi-akibat-pandemi-covid/full

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200416103330-37-152311/peta-corona-jabar-16-april-559-positif-bandung-terbanyak

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *