Penulis: Firsa Amanda | Editor: Ratna MU Harahap

Free1

Pernahkah Observer mendengar gerakan “Free the Nipple” atau “Free Nipple Movement”? Bagi yang belum tau, gerakan “Free the Nipple” atau “Free Nipple Movement” ini merupakan gerakan yang menuntut kesetaraan dalam hak-hak menampilkan payudara bagi perempuan dan laki-laki. Gerakan ini bermula dari sebuah film dokumenter berjudul “Free the Nipple” yang dirilis pada tahun 2014 oleh Lina Esco. Film tersebut mengangkat isu bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam menampilkan payudara mereka di tempat umum.

Dalam gerakan ini, para pendukungnya menuntut agar perempuan diperbolehkan untuk menampilkan puting payudara mereka tanpa adanya diskriminasi atau kecaman dari masyarakat. Mereka menganggap bahwa tubuh perempuan bukanlah objek seksual dan payudara tidaklah lebih provokatif dari bagian tubuh lainnya.

Namun, gerakan ini menuai kontroversi dan kritik dari banyak pihak. Banyak yang berpendapat bahwa menampilkan payudara di tempat umum merupakan hal yang tidak pantas dan tidak sopan.

Mereka juga menganggap bahwa perempuan yang menampilkan payudara mereka di tempat umum adalah perilaku yang tidak pantas bagi seorang wanita.

Beberapa negara seperti Italia, New Zealand, Yunani atau Spanyol mengizinkan wanita untuk melakukan gerakan “Free the Nipple”. Di sisi lain, negara bagian Indiana, Tennessee, dan Utah di Amerika secara eksplisit melarangnya. Di negara lain, yang belum menanggapi gerakan ini, terkadang yang dimanfaatkan oleh para aktivis.

Free2

Bayangkan jika melakukan gerakan “Free the Nipple” ini di Indonesia?! Kita flashback pada saat pandemi yuk, dimana beberapa waktu lalu artis Indonesia Dinar Candy yang melakukan gerakan bentuk protes, bentuk aspirasi yang disampaikan akibat PPKM diperpanjang dengan cara menggunakan bikini di pinggir jalan. Dari apa yang dilakukan Dinar Candy itulah menyebabkan dirinya ditetapkan jadi tersangka kasus pornografi. Apakah hukum tersebut akan berlaku sama jika mendukung gerakan “Free the Nipple” di Indonesia?

Selain itu, banyak yang khawatir bahwa gerakan ini akan memicu tindakan pelecehan seksual dan mengancam keselamatan perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa gerakan ini tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan agama yang ada di masyarakat Indonesia.

Meskipun demikian, para pendukung gerakan “Free the Nipple” menganggap bahwa kebebasan dalam menampilkan tubuh harus dihargai dan diakui. Mereka berpendapat bahwa ketidaksetaraan dalam hak-hak menampilkan payudara merupakan salah satu bentuk diskriminasi gender yang harus dihapuskan.

Free3

Gerakan ini juga mendapatkan dukungan dari beberapa selebriti seperti Miley Cyrus, Rihanna, Cara Delevingne, Jennifer Aniston, dan Demi Moore yang secara terbuka menampilkan payudara mereka di media sosial sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan ini.

Kontroversi yang muncul terhadap gerakan “Free the Nipple” mencerminkan adanya perbedaan pandangan dan nilai dalam masyarakat. Namun, penting untuk menghargai kebebasan individu dalam menentukan cara mereka menampilkan tubuh mereka, selama tidak tidak merugikan orang lain. Sebagai konklusi, gerakan “Free the Nipple” menjadi bukti bahwa kesetaraan gender masih menjadi isu yang relevan dan harus terus didiskusikan di masyarakat.

Free4

Bagaimana menurut pendapat Observer mengenai gerakan “Free the Nipple” yang merupakan salah satu gerakan kesetaraan gender ini? Jika Observer merasa setuju dengan gerakan “Free the Nipple” ini, Observer harus berhati-hati dalam mengambil sikap terhadap gerakan ini, Observer harus mempertimbangkan nilai dan norma sosial yang berlaku terutama jika Observer melakukan gerakan ini di Indonesia.

Menurut saya, Jika Observer merasa tidak setuju dengan gerakan ini, itu sah-sah saja karena setiap orang memiliki hak untuk memiliki pendapatnya sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang berhak untuk memiliki hak yang sama, dan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atau bentuk tubuh harus dihindari.

Jadi, jika Observer tidak setuju dengan gerakan Free the Nipple, Observer harus memastikan bahwa pandangan Observer tidak menyebabkan diskriminasi apalagi tindakan kekerasan terhadap orang lain.

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *