Tahukah Observer kalau jalan tol pertama di Indonesia adalah jalan Tol Jagorawi?

Usulan untuk jalan tol ini pertama kali diajukan oleh Walikota Jakarta, Sudiro (tahun jabatan 1953-1960). Pemikiran ini terbersit ketika Pak Sudiro mengunjungi Amerika Serikat, dan sempat bepergian dengan menggunakan jalan tol. Pak Sudiro mengusulkan pembangunan jalan berbayar sebagai salah satu cara pemerintah daerah Kotapraja Jakarta mendapat dana tambahan untuk pembangunan, karena pengeluaran terus meningkat, padahal subsidi dari pemerintah pusat terbatas, begitu yang ditulis Subagio IN dalam bukunya Sudiro Pejuang Tanpa Henti.

Usul ini kemudian diajukan oleh Pak Sudiro bersama Badan Pemerintah Harian Kotapraja Jakarta kepada DPRDS (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara) pada tahun 1955 karena pada masa itu sedang dibangun jalan raya, yang sekarang disebut Jalan Sudirman-MH Thamrin, dengan anggaran yang sangat besar. Namun DPRDS menolak usul Pak Sudiro dengan beragam alasan seperti tol akan menghambat laju lalu lintas dan tol sebagai pajak kuno seperti yang pernah diberlakukan di masa kolonial.

Foto: www.skyscrapercity.com

Seiring dengan pertumbuhan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, di tahun 1970-an kondisi lalu lintas di Jakarta macet karena semakin bertambahnya jumlah kendaraan. Pada tahun itu, tercatat ada 222.000 kendaraan di Kota Jakarta. Usulan Pak Sudiro untuk membangun jalan tol akhirnya dipertimbangkan oleh Menteri PUT Sutami. Pada 9 Januari 1970, beliau mengusulkan pembangunan Djakarta By Pass dari Cililitan-Ciawi sepanjang 50 kilometer kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka.

 

Foto : https://www.gridoto.com/read/221763062/flashback-jakarta-dari-kuda-asli-sampai-kuda-besi-jalanan-ibu-kota-dulu-dan-kini

Akhirnya, pada tahun 1973, pemerintah memulai proyek jalan tol pertama yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi yang dikenal dengan singkatan Jagorawi. Harian Kompas, 28 September 1973, memberitakan, Jagorawi memiliki Panjang 52 kilometer dengan enam lajur dan akan selesai pada 1978.

Awalnya, jalan ini sebenarnya direncanakan memiliki dua fungsi, yakni untuk sipil dan militer. Selain dimanfaatkan sebagai jalan raya pada umumnya, jalan ini juga akan digunakan sebagai landing-strip darurat bagi pesawat-pesawat tempur jika sewaktu-waktu terjadi perang. Maka, dilihat dari fungsi awalnya, pembangunan jalan Jakarta-Bogor ini bukan dimaksudkan sebagai jalan bebas hambatan dan tidak dikenakan biaya sama sekali (pada masa uji coba).

Pembangunan Tol Jagorawi

Proyek ini menghabiskan dana sekitar Rp 16 miliar atau sekitar 350 juta rupiah per kilometer, menurut perhitungan Ir. Sutami, sesuai kurs rupiah saat itu. Pembangunan Tol Jagorawi adalah proyek pertama yang memakai dana APBN dan utang luar negeri. Penggarapan proyek raksasa ini diserahkan kepada kontraktor asal Korea Selatan. Bahkan, Menteri Konstruksi Korsel saat itu, Jae Kyu Kim, datang langsung ke Jakarta dan diterima oleh Presiden Soeharto didampingi Menteri PUTL Ir. Sutami di Istana Negara (Antara Pustaka Utama, Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam Berita: 1976-1978, 2008: 139).

Terlibatnya kontraktor asing sebenarnya sempat memantik polemik. Beberapa kalangan tidak sepakat jika pengerjaan proyek jalan Jakarta-Bogor digarap pihak asing, dan pastinya hanya menempatkan orang-orang Indonesia sebagai pekerja kasar alias kuli. Namun pembangunan tol tetap dilakukan sesuai rencana semula.

Akhirnya pembangunan rampung dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1978, pengelolaannya diberikan kepada PT Jasa Marga. Pada saat itu ada empat jalur yang bisa digunakan, dengan delapan pintu masuk. Dengan demikian kapasitas jalan itu mencapai jumlah 50.000 kendaraan tiap harinya.

Setelah diresmikan, tarif jalan tol mulai berlaku. Tarifnya, Rp 13/km untuk mobil sedan dan sejenisnya, dan Rp 20/km untuk truk dan sejenisnya. Hasil yang didapatkan dari retribusi ini digunakan untuk biaya perawatan jalan tol.

[URIS id=8502]

Setelah proyek tol Jagorawi selesai, pemerintah melanjutkan pembangunan tol lainnya, yaitu Jakarta-Merak pada 1984. Jalan tol ini menghubungkan Jakarta-Merak dengan panjang sekitar 120 kilometer.

Saat ini Jalan Tol Jagorawi tersambung dengan berbagai ruas jalan tol lain, yaitu; Jalan Tol Dalam Kota, Jalan tol Lingkar Luar Jakarta, dan Bogor Ring Road.  Menurut situs resmi Jasa Marga, sampai saat ini Tol Jagorawi menjadi masterpiece dikarenakan struktur konstruksi yang masih prima serta penataan landscape yang hijau yang memberikan suasana segar b​agi pengguna jalan tol.

Tentu saja, 42 tahun setelah diresmikan tol pertama di Indonesia tersebut, pemerintah RI telah banyak melakukan pembangunan jalan tol. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat jumlah jalan tol yang telah beroperasi di Indonesia hingga 13 Oktober 2020 mencapai 2.303,8 kilometer.

Yang terakhir dan sedang cukup ramai dibicarakan adalah Tol Cimanggis Cibitung sepanjang 26,18 km, yang dibangun untuk melengkapi struktur jaringan jalan di kawasan Jabodetabek, yang telah memiliki jaringan tol lingkar dalam kota dan lingkar luar (JORR) I yang sudah operasional dan JORR-2 yang tengah dalam proses konstruksi.

Jalan Tol Cimanggis – Cibitung dikelola PT Cimanggis Cibitung Tollways merupakan bagian dari salah satu akses tol JORR 2. Jalan Tol ini terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi 1a ruas Junction Cimanggis – On/Off Ramp Jatikarya / Transyogi sepanjang 3,17 Km.

Jalan Tol Cimanggis – Cibitung merupakan bagian dari enam ruas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR II), yang terdiri dari Jalan Tol Cengkareng – Batu Ceper – Kunciran sepanjang 14,2 Km, Jalan Tol Kunciran – Serpong sepanjang 11,4 Km, Jalan Tol Serpong – Cinere sepanjang 10,1 Km.

Kemudian dilanjutkan Jalan Tol Cinere – Jagorawi sepanjang 14,6 Km), Jalan Tol Cimanggis – Cibitung sepanjang 25,2 Km, dan Jalan Tol Cibitung – Cilincing sepanjang 34 Km.

Dukungan jalan Tol ini adalah untuk memperlancar lalu lintas/memangkas waktu perjalanan, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada aglomerasi megapolitan Jakarta.

Per bulan November kemarin, Pintu Tol Jatikarya yang merupakan sebagai akses penghubung Ruas Cimanggis-Cibitung dengan Ruas Tol Jagorawi, sudah mulai dioperasikan

[URIS id=8508]

Salah satu yang paling merasakan dampaknya atas pembangunan Tol Cimanggis – Cibitung (CIMACI) ini adalah warga Cibubur, yang setiap hari merasakan kemacetan di jalan Transyogi. Dengan dibangunnya akses tol baru ini, para penduduk Cibubur, terutama penduduk Kota Wisata, bisa langsung mengakses tol legendaris Jagorawi hanya dalam waktu 5 menit.

Macet sudah menjadi masa lalu bagi penduduk Cibubur, khususnya penduduk Kota Wisata.

 Sumber:

“Jagorawi, Jalan Tol Pertama di Indonesia, Seperti Apa Kisahnya?”,

properti.kompas.com

historia.id

finance.detik.com

tirto.id

republika.co.id

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *