Investasi
                   Travelling mungkin bikin bahagia, tetapi jika berhutang ini adalah hutang gaya

Beberapa teman saya berpendapat bahwa, mapan itu adalah sama dengan berpenghasilan besar dan memiliki barang-barang mewah. Saya ingin coba share sedikit deh pengalaman saya. Soalnya saya juga learned the hard way. Pernah melalui masa-masa membeli barang-barang yang tidak perlu dan akhirnya menyesal karena seandainya saya mulai investasi lebih awal, mungkin sekarang saya tidak “ngos-ngosan” memenuhi kebutuhan karena anak-anak sudah mulai remaja plus dikejar waktu persiapan pensiun. Apalagi kalau dikaitkan dengan beragam pilihan investasi yang ada sekarang ini seperti salah satunya investasi rumah yang bisa dijadikan sarana investasi, dimana selain bisa menjadi tempat tinggal, sebagian lantai bisa juga disewakan sehingga seandainya pun Anda mencicil pembelian rumah tersebut melalui KPR, Anda tetap bisa mendapat penghasilan tambahan.

Investasi property
                                                                                 Berinvestasi dalam bidang properti

Sekarang banyak sekali developer yang menawarkan kemudahan DP untuk bisa memiliki “rumah investasi” dimana cicilannya bisa Anda dapatkan dari hasil sewa rumah tersebut.

Topik uang ini memang susah-susah gampang ya. Siapa yang tidak ingin mapan? Tidak usah khawatir dengan cicilan rumah setiap bulan, tidak usah khawatir dengan uang sekolah anak hingga asuransi pun sudah beres. Seringkali kita berandai-andai dengan melihat kondisi teman atau saudara kita yang kita anggap lebih mapan.

Nah coba kita lihat contoh kasus berikut:

Didi:

Pendapatan : Rp. 40 juta
Pengeluaran: Rp. 50 juta

Wati:

Pendapatan : Rp. 15 juta
Pengeluaran: Rp. 8 juta

Rina:

Pendapatan : Rp. 10 juta
Pengeluaran: Rp. 5 juta
Pendapatan pasif: Rp. 10 juta

Nah, Observer bisa melihat kan bahwa gaji atau pendapatan tertinggi tidak menjamin kemapanan seseorang? Coba lihat contoh kasus Didi di atas walaupun pendapatan Didi paling tinggi, ternyata Didi jauh dari mapan. Bahkan, setiap bulan dia harus menutupi lagi pengeluarannya yang lebih tinggi dibandingkan pendapatannya. Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat kemapanan seseorang:

1. Apakah pengeluaran lebih banyak untuk kebutuhan atau keinginan?

2. Apakah lebih banyak beban atau asset?

3. Apakah hutang Observer lebih banyak hutang gaya atau hutang kaya?

Wih, seperti kembali ke jaman SD yah? Kebutuhan atau keinginan? Yang harus dipahami tingkatan kebutuhan dan keinginan ini cukup beragam untuk setiap orang. Apabila pekerjaan Anda menuntut penggunaan gadget canggih, apa boleh buat, Anda harus mengadakannya. Tapi, coba pertimbangkan lagi membeli gadget mahal yang digunakan untuk apps standar yang dapat disediakan oleh gadget lain yang lebih murah.

Contoh asset itu adalah rumah yang disewakan karena setiap bulan kita mendapat uang sewa dari asset tersebut sementara contoh beban itu adalah membeli mobil tipe terbaru disaat kita tergoda dengan kecanggihannya yang bisa 0-100 hanya dalam waktu 4 detik! (hallo ini Indonesia, mau ngebut dimana Anda?), sementara maintenance mobil tersebut tidaklah murah.

Tips keuangan
                                                                      Ini bukan asset ya Observer, ini barang hobby

Hutang gaya adalah hutang yang Obsever timbulkan pada saat kredit tas keren, atau kredit liburan ke Eropa. Hutang Kaya adalah hutang yang mendatangkan pendapatan. Kalau menurut saya sih, hutang yang menimbulkan capital gain maupun passive income sama-sama merupakan hutang kaya.

Coba bandingkan apabila Observer memiliki kredit untuk pembelian mobil baru yang nilainya semakin menurun, atau KPR untuk rumah investasi (misalnya Alesha di BSD City) yang selain bisa ditinggali, sebagian bisa juga disewakan. Atau bahkan langsung membeli rumah-rumah yang ditawarkan yang sepenuhnya di-convert menjadi rumah kost. Dalam hal ini, selain Observer bisa mendapatkan passive income dari uang sewa yang dapat digunakan untuk menutup kebutuhan sehari-hari seperti kasus Rina diatas, Observer juga masih bisa mendapatkan capital gain sehingga bisa terjadi, KPR yang Observer ambil bisa jauh terlampui oleh nilai rumah yang Anda cicil dalam masa beberapa tahun ke depan.

Alesha house
                                                      Alesha House di BSD City sebagai rumah investasi Observer

Jangan lupa dalam memilih properti pilihlah yang masih memiliki potensi kenaikan harga yang cukup tinggi, ambil di lokasi yang masih akan berkembang pesat, jangan lupa baca artikel–artikel di Property Observer untuk mementukan properti seperti apa yang akan Observer beli.

Investasi property
Hutang gaya atau hutang kaya? Jadilah manusia bijak ya Observer

Kesimpulannya, untuk hidup mapan, Observer dituntut untuk lebih jeli terhadap pilihan pengeluaran Observer. Ada pengeluaran yang akan memberikan manfaat untuk jangka panjang hingga hari tua nanti seperti investasi rumah tetapi ada juga pengeluaran yang memberikan kesenangan sementara. Selamat memilih!

Jadi mau Hutang kaya atau Hutang gaya? Silahkan pilih Observer!

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *